Desa Gunungleutik merupakan desa yang terletak di wilayah Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung, Desa Gunungleutik juga merupakan desa yang tua keberadaannya di wilayah Kecamatan Ciparay kira-kira tahun 1983an daerah Gunungleutik ini pada awal mulanya hanya beberapa keluarga saja karena dulu Desa Gunungleutik ini namanya “Pasir Leutik” yang berarti bukit kecil tempat persembunyian para penduduk dari gerombolan penjajah belanda. Di Kecamatan Ciparay, tepatnya di Desa Gunungleutik terdapat sebuah situs yang dikenal dengan nama Situs Bukit Cula. Situs ini terletak tidak jauh dari Kadaleman yang nantinya akan dijadikan areal waduk untuk penampungan air irigasi. Di areal Situs Bukit Cula ini, terdapat beragam bentuk batu yang telah memiliki nama masing-masing. Entah dari mana asal-usul nama tersebut. Tapi, masyarakat sekitar tetap memercayainya bahwa kemungkinan di sini sempat berdiri sebuah kekuasan mirip sebuah kerajaan. Tapi, tak seorang pun tahu makna dari nama-nama tersebut. Penamaan Bukit Cula sendiri, tentu sangat ganjil. Sebab, tak ada sesuatu tanda yang mengarah kepada hubungan dengan binatang bercula. Batu-batu yang terdapat di situ, lebih mirip kebanyakan batu-batu biasa. Akan tetapi, jika menengok kembali kepada masa silam sekitar abad ke-17, mungkin akan sedikit terungkap mengenai asal-muasal nama Bukit Cula.
Pada masa itu, sempat dikabarkan bahwa selama pengungsian ke wilayah selatan dengan cara menyamar sebagai rakyat biasa, Dipati Ukur sempat melucuti pakaian kebesaran kadaleman untuk kemudian diganti dengan pakaian rakyat kebanyakan. Dan salah satu asesoris pakaian kebesarannya itu terselip sebuah benda pusaka berupa duhung yang bernama culanagara.
Konon, duhung pusaka tersebut merupakan warisan terakhir dari Raja Pajajaran, Prabu Suryakancana Sang Nusia Mulya sebagai sebuah amanat untuk menjaga dan mempertahankan tanjeur Panjajaran pasca-Pajajaran burak. Amanat itu memang sempat dijalankan manakala Dipati Ukur berhasil menguasai wilayah tatar Sunda sebagai wedana bupati menggantikan Rangga Gempol. Salah satu tugas Dipati Ukur dalam kepemimpinannya adalah mempertahankan keutuhan Tatar Sunda yang menapak pada gaya kepemimpinan tradisional Sunda dengan berlandaskan kepada tatanan budaya dan peradaban Sunda sakabeh, yaitu sebuah tatanan pemerintah yang berpedoman kepada amateguh kadatwan sebagai master plan Pajajaran.
Sejalan dengan perkembangan zaman dan era digitalisasi Desa Gunungleutik juga mengalami banyak sekali perubahan diantarannya pergantian kepemimpinan pemerintahan dari masa ke masa berikut peneliti sajikan dalam tabel daftar kepala Desa Gunungleutik dari awal pembentukan Desa Gunungleutik sampai dengan sekarang tahun 2022.
Daftar Kepala Desa Gunungleutik dulu sampai sekarang
No |
Nama Kepala Desa |
Masa Jabatan |
Keterangan |
1. |
Adi Wijaya |
1883 s/d 1908 |
|
2. |
Sastrawiranata |
1908 s/d 1911 |
|
3. |
Natawira |
1911 s/d 1917 |
|
4. |
Adiwisastra |
1917 s/d 1934 |
|
5. |
E. Samsudin |
1934 s/d 1941 |
|
6. |
Omo Sadma |
1941 s/d 1972 |
|
7. |
Saro Sopandi |
1972 s/d 1974 |
|
8. |
Rahmat |
1974 s/d 1975 |
|
9. |
Ibrahim (pjs) |
1975 s/d 1976 |
|
10. |
H. Adjid (pjs) |
1976 s/d 1978 |
Awal Pemekaran Dengan Desa Pakutandang |
11. |
H. Adjid (Definitive) |
1978 s/d 1984 |
Awal Pemekaran Dengan Desa Serangmekar |
12. |
Rohmat (pjs) |
1984 s/d 1985 |
|
13. |
Mastur Alamsyah (pjs) |
1985 s/d 1986 |
|
14. |
Tarsidi (Definitive) |
1986 s/d 1994 |
|
15. |
Maman Suherman (pjs) |
1994 s/d 1995 |
|
16. |
Tarsidi (Definitive) |
1995 s/d 2002 |
|
17. |
Nana Sutisna (pjs) |
2002 s/d 2003 |
|
18. |
E. Saepudin |
2003 s/d 2007 |
|
19. |
E. Saepudin |
2007 s/d 2014 |
|
20. |
Agus Hamdani |
2014 s/d 2019 |
|
21. |
Agus Hamdani |
2019 s/d Sekarang |
|